Laman

Selasa, 01 Mei 2012

Mewaspadai LUMPUR-nya HATI


Alkisah, di sebuah desa kecil di pinggiran hutan terdapat sebuah waduk penampung air. Waduk tersebut sangat dibutuhkan oleh penduduk desa. Salah satunya untuk mengairi sawah. Setiap harinya terdapat lima anak sungai yang mengaliri waduk tersebut. Maka debit airnya pun selalu berlimpah. Suatu ketika, orang yang dituakan di desa itu mendapat sebuah “wangsit”. Pesan dalam wangsit tersebut menyebutkan, agar seluruh penduduk desa membabat seluruh pohon yang ada di sekitar sungai untuk keselamatan desa.

Akhirnya dilaksanakanlah pesan tersebut. Seluruh penduduk desa sambil membawa parang dan sabit pergi ke daerah aliran sungai. Tak sampai setengah hari, seluruh pohon terbabat habis. Merekapun bersukacita dan berpesta karena merasa telah melaksanakan wangsit dengan sebaik-baiknya. Satu tahun kemudian, sebagian petani mengeluhkan kecukupan air di sawahnya. Setelah diteliti, ternyata hampir seluruh sawah mengalami krisi air.

Para petanipun bersepakat untuk mencari penyebab berkurangnya air. Untuk pertama kalinya mereka melihat kondisi air di waduk. Terperanjatlah mereka setelah menyaksikan debit air di waduk itu sangat kecil. Tampak juga endapan lumpur yang menumpuk tebal di dasar waduk. Beberapa ikanpun tampak terkapar di lumpur tersebut.

Alhasil, sambil manggut-manggut, salah seorang dari mereka berkata,”aku tahu mengapa waduk ini kondisinya demikian”. “memangnya kenapa? “ saut teman disebelahnya. “Ingatkah apa yang diperbuat kita setahun lalu? Jelasnya. “perbuatan yang mana ya?” tukas teman satunya. “Bukankah kita pernah membabat seluruh pohon yang ada dipinggiran sungai setelah mendapat wangsit? Itulah mengapa air berkurang drastis karena pohon-pohon penyimpan air tidak ada lagi sedangkan endapan lumpu itu dikarenakan erosi tanah yang berakibat kotornya air yang memasuki waduk” terang orang tersebut.

Akhirnya, sadarlah semua petani yang ada di penduduk itu. Mereka merasa telah terbohongi dan terbodohi oleh wangsit yang sebelumnya didapat dari orang yang mereka tua-kan disitu. Sejak saat itu mereka secara bersama-sama menanam pohon kembali, menyiramnya dan merawatnya dengan teliti. Satu tahun kemudian, air di waduk tampak mulai membesar. Kualitas airnya pun tampak bersih. Dan para petani bisa bercocok tanam lagi di sawah dengan air yang cukup.

Kisah ini memberi pelajaran kita, bahwa ibarat sebuah waduk, hati kita sangat berpotensi mengalami pengendapan lumpur yang kotor. Tentunya sangat membahayakan bagi kejernihan hati.  Maka, kita sangat membutuhkan pohon-pohon, rumput, dan tumbuhan bernama nasehat, yang bisa mengendalikan erosi nafsu (syetan) yang selalu mengendapkan lumpur dendam, putus asa, dengki, iri dan lain sebagainya.

Maka waspadailah perbuatan-perbuatan kita, yang disengaja ataupun tidak, ternyata mengakibatkan tumbangnya pohon&tumbuhan nasehat dalam hati kita. Sering karena ego, kita menutup diri datangnya nasehat. Meskipun pedas dan pahit sesungguhnya itu penting bagi diri kita. Sebaliknya, meskipun kita terbuka pada nasehat tetapi tetap harus mewaspadai kandungan nasehat dari orang.  Seperti dalam kisah diatas, seluruh penduduk tersesatkan oleh wangsit yang tidak rasional karena menyuruh membabat pohon sedang pohon sangat dibutuhkan bagi kelangsungan hidup mereka.   


Memang, bagaimanapun kita selalu butuh nasehat di tengah kelalaian dan kebodohan kita. Carilah nasehat sepuasnya dan percayalah bahwa tempat nasehat terbaik hanya pada wahyu Allah yaitu dalam Al Qur’an dan Al Hadist. Bukankah kita selalu ingin air dalam waduk hati kita selalu jernih sehingga kita dapat melihat ikan kebahagiaan berenang kesana kemari ?.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar