Alkisah,
di sebuah desa kecil di pinggiran hutan terdapat sebuah waduk penampung air. Waduk
tersebut sangat dibutuhkan oleh penduduk desa. Salah satunya untuk mengairi sawah. Setiap
harinya terdapat lima anak sungai yang mengaliri waduk tersebut. Maka debit
airnya pun selalu berlimpah. Suatu ketika, orang yang dituakan di desa itu mendapat sebuah
“wangsit”. Pesan dalam wangsit tersebut menyebutkan, agar seluruh penduduk desa
membabat seluruh pohon yang ada di sekitar sungai untuk keselamatan desa.
Akhirnya
dilaksanakanlah pesan tersebut. Seluruh penduduk desa sambil membawa parang dan
sabit pergi ke daerah aliran sungai. Tak sampai setengah hari, seluruh pohon
terbabat habis. Merekapun bersukacita dan berpesta karena merasa telah
melaksanakan wangsit dengan sebaik-baiknya. Satu tahun kemudian, sebagian petani
mengeluhkan kecukupan air di sawahnya. Setelah diteliti, ternyata hampir
seluruh sawah mengalami krisi air.
Para
petanipun bersepakat untuk mencari penyebab berkurangnya air. Untuk pertama
kalinya mereka melihat kondisi air di waduk. Terperanjatlah mereka setelah
menyaksikan debit air di waduk itu sangat kecil. Tampak juga endapan lumpur
yang menumpuk tebal di dasar waduk. Beberapa ikanpun tampak terkapar di lumpur
tersebut.
Alhasil,
sambil manggut-manggut, salah seorang dari mereka berkata,”aku tahu mengapa
waduk ini kondisinya demikian”. “memangnya kenapa? “ saut teman disebelahnya. “Ingatkah
apa yang diperbuat kita setahun lalu? Jelasnya. “perbuatan yang mana ya?” tukas
teman satunya. “Bukankah kita pernah membabat seluruh pohon yang ada
dipinggiran sungai setelah mendapat wangsit? Itulah mengapa air berkurang
drastis karena pohon-pohon penyimpan air tidak ada lagi sedangkan endapan lumpu
itu dikarenakan erosi tanah yang berakibat kotornya air yang memasuki waduk”
terang orang tersebut.
Akhirnya,
sadarlah semua petani yang ada di penduduk itu. Mereka merasa telah terbohongi
dan terbodohi oleh wangsit yang sebelumnya didapat dari orang yang mereka tua-kan
disitu. Sejak saat itu mereka secara bersama-sama menanam pohon kembali,
menyiramnya dan merawatnya dengan teliti. Satu tahun kemudian, air di waduk
tampak mulai membesar. Kualitas airnya pun tampak bersih. Dan para petani bisa
bercocok tanam lagi di sawah dengan air yang cukup.
Kisah
ini memberi pelajaran kita, bahwa ibarat sebuah waduk, hati kita sangat
berpotensi mengalami pengendapan lumpur yang kotor. Tentunya sangat membahayakan
bagi kejernihan hati. Maka, kita sangat membutuhkan
pohon-pohon, rumput, dan tumbuhan bernama nasehat, yang bisa mengendalikan
erosi nafsu (syetan) yang selalu mengendapkan lumpur dendam, putus asa, dengki,
iri dan lain sebagainya.
Maka
waspadailah perbuatan-perbuatan kita, yang disengaja ataupun tidak, ternyata
mengakibatkan tumbangnya pohon&tumbuhan nasehat dalam hati kita. Sering karena
ego, kita menutup diri datangnya nasehat. Meskipun pedas dan pahit sesungguhnya itu
penting bagi diri kita. Sebaliknya, meskipun kita terbuka pada nasehat tetapi tetap harus mewaspadai kandungan nasehat dari orang. Seperti dalam kisah diatas, seluruh penduduk tersesatkan oleh wangsit yang tidak rasional karena menyuruh membabat pohon sedang pohon sangat dibutuhkan bagi kelangsungan hidup mereka.
Memang, bagaimanapun kita selalu butuh nasehat di tengah kelalaian dan kebodohan kita. Carilah nasehat sepuasnya dan percayalah bahwa tempat nasehat terbaik hanya pada wahyu Allah yaitu dalam Al Qur’an dan Al Hadist. Bukankah kita selalu ingin air dalam waduk hati kita selalu jernih sehingga kita dapat melihat ikan kebahagiaan berenang kesana kemari ?.
Memang, bagaimanapun kita selalu butuh nasehat di tengah kelalaian dan kebodohan kita. Carilah nasehat sepuasnya dan percayalah bahwa tempat nasehat terbaik hanya pada wahyu Allah yaitu dalam Al Qur’an dan Al Hadist. Bukankah kita selalu ingin air dalam waduk hati kita selalu jernih sehingga kita dapat melihat ikan kebahagiaan berenang kesana kemari ?.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar