Laman

Rabu, 27 April 2011

Jagalah TKI

Sahabat….Inilah kisah pilu terulang. Bersamaan dengan proses pemulangan ribuan TKI dari Jeddah, selasa 19 April lalu, waktu menunjukan pukul 23.15, setelah mendapat mandat dari DD Hongkong, Tim MI Jatim menjemput 2 (dua) eks TKW Hongkong. Mereka berdua harus dijemput, karena pulang dengan tangan hampa. Sebelumnya mereka dipecat majikan padahal kontrak baru berjalan 2 bulan alias masa potongan upah belum selesai. Nah (25 th) dan Nem (33 thn), begitu nama kedua TKW tersebut. Yang pertama dari Kabupaten Cilacap, sedang yang kedua dari Kendal.


Setelah terusir dari rumah majikan, layaknya tunawisma mereka berupaya cari bantuan tempat hunian kesana kemari. Ketiadaan uang, tak menjadikan mereka ciut nyali. Satu keinginan kuatnya, pulang ke kampung halaman secepatnya. Akhirnya , keduanya ditampung di sebuah Majelis Ta'lim Binaan DD Hongkong di Macau. Tak berselang lama, alhamdulillah DD Hongkong berkemampuan memulangkan mereka ke tanah air.

Setelah keduanya di tampung di shelter MI di Waru Surabaya, satu persatu cerita pilu yang mereka alami terurai. Cerita pilu tentang mengapa, kapan, bagaimana mereka terpaksa menjadi TKW, sungguh menyayat hati. Keduanya, adalah potret ketidakberdayaan keluarga dhuafa di pedesaan.

Nem misalnya, ia hanya lulusan sebuah SD di Kendal. Orangtuanya tinggal di kandang ternak, yang hanya berdinding anyaman bambu. Rasa ingin Nem untuk merubah keadaan ekonomi ortunya, membuatnya "kalap" menjadi TKW. Di usianya yang masih belasan tahun, ia dibawa ke Jepang untuk menjadi penari jaipong. Tak sampai setahun ia pulang membawa uang puluhan juta, yang kemudian ia gunakan untuk membangun rumah ortu, beli sawah, dan modal menikah.

Tak lama setelah menikah di usia muda, ia ingin jadi TKW lagi setelah menyaksikan suaminya tidak (MAU) bekerja, yang tentunya tidak ada penghasilan untuk biaya makan berdua..Negara berikutnya yang ia tuju adalah Dubai, untuk masa waktu lebih dari 5 tahun,kemudian ia lanjutkan Arab Saudi...tanpa terasa sudah puluhan tahun ia habiskan di luar negeri. Memang ia pernah putuskan pulang tidak kembali keluar negeri, tetapi kenyataan pahit yang dipicu oleh kekalukan bejat dan biadab suaminya, membuat ia tidak betah tinggal di kampung halamannya.

Bagaimana tidak? suami yang setiap bulan dikirimi justru menghabiskan uangnya untuk foya mencari selingkuhan. Tak cukup itu, sang suami beberapa kali menempelkan pisau ke leher Nem sambil mengancam bunuh tanpa maksud yang jelas. Oh Perilaku biadab macam apa ini? Ungkap Nem, di rumahnya tidak ada aset sedikitpun karena semuanya telah dijual oleh sang suami.

Kini, Nem pulang dengan segala kemungkinan atas terulangnya kejadian pahit itu...saat ditanya Tim MI, ia juga tidak mengetahui secara persis keputusan yang akan diambil terhadap bahtera rumahtangganya yang sudah terkoyak...disisi lain, ia sudah berniat untuk kembali menjadi TKW karena alasan tidak punya apa-apa lagi di rumah......
Sahabat..

Inilah potret pilu saudara2 kita yang terseret oleh tumpukan mimpi menjadi TKI di luar negeri. Segala resiko tidak diambil peduli, suami yang amoral, anak yang kehilangan kontrol, ortu yang menanggung tekanan batin,...sesungguhnya muncul sebuah tanya, apakah mereka benar2 berniat menjadi TKW? oohh..ternyata mereka kompak menjawab TIDAK !!. Lalu, jika keadaan yang mendorong mereka jadi TKW, siapakah yang paling bertanggung jawab terhadap keadaan hidup yang sangat menekan orang2 dhuafa di negeri ini? Bukankah para pemimpin di negeri ini telah bersumpah mendarmabaktikan hidupnya untuk kesejahteraaan umat, lalu mana realitanya.....??

Semoga sejarah tidak terus berulang.....
Salam Martabat !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar