Laman

Kamis, 04 Agustus 2011

Saldo Rekening Kebahagiaan

Manusia pasti berharap bahagia. Kapan saja. Dimana saja. Sejak bayi hingga lanjut usia. Selama hayat dikandung badan, ia akan berupaya keras mewujudkannya. Mulai dari rumus sederhana, njlimet hingga rumus rahasia. Dari cara yang hina sampai dengan yang mulia. Pertanyaannya, formula kebahagiaan apa yang benar-benar dibutuhkan manusia?


Alloh berfirman,”dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik surga" (QS 3:14).

Ayat ini menegaskan simbol kesenangan dunia. Semuanya bersifat materi. Menurut paham materalisme, materi adalah yang nyata. Selainnya tidak ada. Para penganut paham ini menjadikan materi sebagian tujuan akhir pencapaian bahagia. Namun, karena sifat materi selalu nisbi dan absurd, mereka selalu dilanda rasa kurang yang tak bersudahan.

Terjebaklah mereka ke dalam perilaku hedonis. Ia habiskan energi hidup untuk mendapatkan isi dunia. Merekapun ”merasa” berbahagia atas kepemilikan materi demi materi. Rumah megah, mobil mewah, handphone bejibun ditambah kepemilikan berbagai aset seperti properti, pabrik, ternak, sawah. Belum puas, investasinyapun tersebar dimana-mana.

Perasaan bahagia benar-benar digantungkan pada materi. Selagi mungkin, apapun bentuk materinya akan diraih. Bahkan di luar angkasa pun tidak jadi masalah. Kemudian, sibuklah mereka mengkalkulasi materi demi materi yang berhasil dimiliki. Tentu berharap penambahan, bukan penyusutan. Inilah AKM (Arus Kas Masuk) kebahagiaan batin mereka.

Lalu, disana-sini kita jumpai manusia hedonis gila belanja. Berapapun nominalnya tidak peduli. Baju, sepatu, jam tangan impor senilai puluhan juta dibeli. Bahkan, kuda piaraan seharga satu milyar pun disikat. Berburu gengsi dari dalam sampai luar negeri. Tanpa batas. Bagi mereka, tidaklah penting apakah hal itu keluar dari kebutuhan yang sebenarnya.

Gila belanja telah menghipnotis alam bawah sadar mereka. Istilahnya, T.E.K.T.B (tidak enak kalo tidak begitu). Manakala perilaku itu tertunda, batinnya pun segera mengirim sinyal resah. Maka untuk menenangkannya, pergilah mereka ke tempat-tempat hipies. Ke mall, restoran, salon, hotel, klab malam, tempat wisata dan tempat berburu senang lainnya.

Sialnya, semua perilaku tersebut belum memuaskan keinginannya. Alih-alih membahagiakan, yang ada justru semakin tersiksa. Sebab, batinnya telah tergadai pada kepemilikan materi. Yang dipikir hanya dunia, dunia dan dunia. Mereka lupa bahwa perilakunya itu nafsu, yang ibarat bayi menyusui semakin dimanjakan maka semakin ketagihan disusui.
Alhasil, mereka pun terjangkit berbagai penyakit kejiwaan. Depresi, halusinasi, sampai dengan flight syndrome. Yaitu sebuah perasaan ingin berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Semata-mata demi pemuasan batin mengingat tempat demi tempat yang dikunjungi tidak juga mampu menenangkannya. Ongkosnya pun semakin mahal. Dan inilah yang kemudian menjadi AKK (Arus Kas Keluar) Kesedihan mereka.

Maka, orang-orang hedonis atau pemuja kebahagiaan dunia akan selalu mengalami defisit saldo kebahagiaan. Bagaimana bisa? Sebab, AKK (Arus Kas Keluar) kesedihannya jauh lebih besar daripada AKM (Arus Kas Masuk) kebahagian. Inilah hukum dunia fana sebagai bukti kebenaran Al Qur’an bahwa kehidupan dunia ini senda gurau dan permainan belaka (QS:......).

Disinilah Al Qur’an selalu mengajarkan kebahagiaan abadi yaitu di kehidupan akhirat. Sama sekali ini tidak absurd, apalagi nisbi sebagaimana dikatakan kaum tidak beriman. Justru inilah masa depan kebahagiaan manusia yang dijamin Alloh dengan pasti. Tinggal kita percaya atau tidak. Sebab, ajaran ini hanya berlaku bagi orang-orang beriman pada Alloh dan adanya hari akhir (QS;.....).

Maka, sudah saatnya bagi kita untuk memperbanyak belanja kebahagiaan akhirat. Semua aset yang kita miliki apakah itu harta, usia ataupun nyawa akan lebih berguna jika diarahkan kesana. Seharunys, kita perbanyak AKM (Arus Kas Masuk) kebahagiaan akhirat dengan memperbanyak amal soleh di kehidupan dunia. Sebab Rasululloh teladan kita, selama hidup bukanlah pribadi penyuka, apalagi penimbun, materi dunia.

Lan tannalu birro hatta tunfiku ma tuhibbun... Kamu tidak akan pernah sampai pada kebaikan (surga) sehingga kamu infaqkan apa saja yang kamu sukai...Mari kita dayagunakan sisa hidup untuk mensedakahkan harta, ilmu, usia semata-mata untuk mensyukuri karunia Alloh sehingga kita diberi kesempatan menikmati kebahagiaan akhirat berupa jannatul firdaus.

Semoga kita dimudahkan Alloh menjalankannya. Amien ya robbal ’alamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar