Laman

Senin, 19 Maret 2012

MENGUKUR ARGOMETER SYUKUR

Suatu kali, coba bayangkan diri anda sedang mengendarai taksi premium class. Taksi yang memberi kemewahan fasilitas berikut pelayanannya. Saking nikmatnya suasana dalam taksi, ditambah pemandangan sekitar yang begitu indah, anda pun terbuai dibuatnya. Berjam-jam anda tak sadar bahwa angka di argometer bergerak cepat melebihi dari yang diperkirakan. Karena premium class tentu tarifnya berlipat daripada taksi biasa.


Menyadari uang yang anda pegang tak cukup, anda pun berupaya memutar otak. Mencari cara agar sopir mau memahami kondisi tersebut. Dengan berbagai trik diplomasi, akhirnya sopir mempercayai janji anda. Kekurangan uang dibayar keesokannya via transfer. Beberapa hari kemudian, sopir menelepon untuk menanyakan hal tersebut. Anda pun kaget dan berdalih lupa. Saat itu juga anda ke ATM untuk melunasinya.

Sesampainya di mesin ATM anda shock. Ternyata saldo kosong. Pada saat bersamaan handphone anda berdering. Tampak panggilan masuk dari sopir. Setelah terangkat, penuh basa-basi anda meminta maaf. Tak dinyana, ternyata sang sopir memaklumi. Bahkan ia juga merelakan uang tersebut tak dibayar. Waw..anda pun terpesona kebaikannya. Namun karena urusan lain, anda lupa begitu saja atas kebaikan sopir tersebut.

Ilustrasi di atas bisa saja kita gunakan sebagai perumpamaan perjalanan kehidupan manusia. Dunia ini laksana sebuah taksi premium class yang driver sekaligus owner-nya adalah Allah SWT. Setiap manusia yang terlahir di muka bumi, apapun ras dan agamanya, bertindak sebagi penumpangnya. Taksi dunia siap mengantar kemanapun manusia pergi sampai akhirnya lonceng maut berbunyi, tanda penumpang harus turun.

Sebagai taksi berkelas dunia ini full service dan very comfortable. Dua hal tersebut untuk mengilustrasikan ragam perhiasan dunia menggiurkan. Dalam QS Ali Imran:14 Allah SWT berfirman, “diperhiaskan bagi manusia kesukaan pada barang yang di ingini, (yaitu) perempuan, anak-anak, berpikul-pikul emas dan perak, kuda tunggangan, binatang ternak, dan sawah ladang. Yang demikian itulah perhiasan dunia, dan Allah tempat kembali terbaik”. Kalimat terakhir ayat diatas mensiratkan pesan supaya manusia berhati-hati.

Termasuk dalam soal menghitung kenikmatan. Argometer adalah menggambarkan sistem tarif yang terus bergerak. Hanya saja karena Allah SWT Maha Pengasih akhirnya banyak kenikmatan yang free tarif alias discount up to 100%. Mengapa harus demikian?, Sebab andai dipasang tarif bawah sekalipun manusia pasti takkan bisa membelinya. Contoh sederhananya adalah nyawa.

Nikmat Allah SWT memang begitu tak terhingga sehingga tidak ada argometer yang bisa menghitungnya. Andai diibaratkan sebuah pohon, nikmat-Nya selalu mempunyai cabang, ranting, dahan serta daun-daun yang begitu lebat. Jika dihitung lagi akan muncul cabang, ranting, dahan, daun yang lebat lagi dan begitu seterusnya. Betapa tidak mungkin untuk menghitungnya.

Namun begitu, sikap manusia tidaklah sama. Seperti dicontohkan penumpang taksi diatas, awalnya lupa akhirnya sengaja melupa. Jumlah manusia yang demikian sangatlah banyak. Maka untuk menyadarkannya, Allah SWT memberi ujian berupa sakit, miskin dan keadaan lemah lainnya. Namun, lagi-lagi buaian nikmat membuat manusia lupa padahal kehidupan ini diciptauntuk menguji siapa yang terbaik amalnya (QS Al Mulk:2).

Hitunglah argometer nikmat Tuhanmu
Sebagai penumpang yang baik seharusnya kita waspada. Rajin mencatat besaran tarif di argometer nikmat setiap waktunya. Seperti kata pepatah no lunch free alias tidak ada makan siang gratis, maka demikian halnya dengan nikmat Allah SWT. Semua ada konsekuensinya. Dalam QS At takasur:8 ditegaskan bahwa di akhirat nanti Allah SWT akan menanyai semua kenikmatan yang diberi secara detail.

Oleh karenanya manusia harus mengetahui update argometer nikmat. Tanpa demikian ia akan buta hitungan sehingga selalu berasa kurang dan kurang. Pastinya lagi ia akan jauh dari sikap syukur. Padahal ia menjadi sarana penambah nikmat yang berlipat. Sebagaimana disebut QS Ibrahim: 7 bahwa jika manusia bersyukur nicaya akan Allah SWT tambahkan nikmat yang diberikan.

Begitulah, selama nafas berhembus di dunia sesungguhnya argometer nikmat Allah SWT akan terus bertambah besar angkanya. Baik yang dikhususkan untuk orang-orang yang beriman maupun bagi orang-orang tidak beriman. Sifat kasih sayang Allah SWT sangat universal sehingga kadang mengalir begitu saja tanpa terasa. Pun begitu kita tidak boleh lupa hitungan argometernya.

Ambil contoh, ketika istri tercinta anda berhasil melahirkan anak anda secara spontan dan selamat. Tentu sangat berbeda ketika ia harus melahirkan dengan operasi Caesar. Andai hal itu dilakukan di RS berkelas, setidaknya menelan biaya diatas Rp.25 juta. Belum lagi jika sang bayi harus masuk ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit), pasti akan membengkak lagi karena biaya per harinya cukup mahal diatas Rp.2 juta.

Bagaimana dengan nikmat lain free tarif pada bayi kita yang baru dilahirkan?. Hanya pada soal saluran entah itu aluran pernafasan, kencing, anus, pencernan dan lain sebagainya, jika anda tanyakan biaya operasinya andaikan hal itu harus dilakukan, pasti akan mencapai puluhan juta rupiah. Subhanallah!! Bagaimana dengan organ tubuh sehat lainnya?

Sebagai insan berakal, harusnya kita memperhatikan peristiwa yang terjadi di sekitar. Entah itu kisah bayi penderita kelainan jantung, gangguan ginjal, kanker kulit, kanker paru atau kelainan lain yang akhir-akhir ini terus bermunculan secara unik dalam dunia medis, sudah seharusnya menjadi pengingat hati dan pikiran kita betapa kesehatan yang Allah SWT berikan kepada kita begitu mahal harganya.

Maka cukup kebayang berapa tarif argometer yang seharusnya kita bayar atas nimat kesehatan. Sebagi contoh lagi misal kesehatan sel darah merah kita. Mungkin saudara anda ada yang mengalami penyakit yang dipicu oleh kurangnya sel darah merah karena dimakan sel darah putih. Satu-satunya solusi misal harus tranfusi. Bila satu kantong darah di PMI anggap seharga Rp.300 ribu, maka berapa puluh juta rupiah uang yang harus dikeluarkan jika tranfusi itu harus dilakukan seumur hidup.

Itu beberapa ilustrasi tarif argometer nikmat berupa kesehatan. Bagaimana dengan kenikmatan lain seperti istri nan cantik jelita, anak-anak yang lucu dan menggembirakan. Juga rumah beserta isinya lengkap tersedia. Belum lagi karir pekerjaan yang gemilang, bisnis yang terus berkembang. Ditambah popularitas diri di tengah masyarakat sehingga orang-orangpun banyak yang hormat dan kagum. Pastinya luar biasa.

Bila semua kenikmatan itu dihitung dengan menggunakan argometer taksi, kebayang berapa total tarif yang harus anda bayar kepada Allah SWT sebagai driver/owner taksi kehidupan ini. Sebagai penumpang kita yang tak bisa mengelak dari konsekuensi ini. Namun berapa kali anda berusaha membayar, pasti uang dan aset anda selalu tidak mencukupi. Bahkan untuk minimum payment tidak akan mampu.

Disinilah Al Qur’an memberikan jawaban diplomatis. Dalam QS An Anahl:18 dikatakan bahwa andaikata manusia hendak menghitung nikmat Allah SWT niscaya tidak akan bisa menentukan jumlahnya. Ayat ini sebagai tantangan terbuka bagi siapapun yang ingin mencoba. Mungkin saja ada manusia yang ber-IQ super, apakah ahli accounting, ahli fisika, ahli matematika, ahli statistik, ahli hisab atau bahkan ahli nujum dan peramal sekalipun, endingnya dipastikan akan menyerah hanya untuk menghitung kenikmatan yang telah berlalu.

Belum lagi pemberian nikmat terbaru yang pastinya akan menambah angkaargometer dengan cepat. Taruhlah ketika anda bangun di pagi hari. Tanpa diminta Allah SWT telah menggratiskan kesehatan sistem syaraf di tubuh, mata dan telinga, dan organ tubuh kita lainnya sampai dengan udara sejuk yang bisa dihirup, cahaya ultraviolet matahari dan lain sebagainya.

Andai karena suatu penyakit akhirnya kita harus dirawat di Rumah Sakit, kebayang sudah berapa uang yang harus kita keluarkan untuk setiap tabung oksigen yang kita hirup. Juga berapa rupiah uang yang harus kita keluarkan untuk mendapatkan perawatan tubuh yang harus disinar ultraviolet. Atau berapa rupiah yang harus kita bayar ke dokter spesialis syaraf untuk memperbaiki syarat di tubuh kita.

Dalam QS Arrahman, terdapat ayat yang berbunyi fa-biayyi allaa’i rabbi kuma tukadzdziban yang artinya maka nikmat Tuhanmu yang manakah lagi yang kamu dustakan. Ayat ini di ulang sebanyak 31 kali sebagai menjadi penegas bahwa nikmat Allah SWT bertebaran tanpa hitungan. Jika manusia mendustakannya, sungguh hal itu tidak bersumber kecuali dari kebodohan dan kekafirannya.

Meskipun tidak mungkin, tapi melek tarif argometer nikmat Allah SWT itu penting supaya kita tidak salah tingkah. Tentu tidak ada yang ingin disebut bodoh, jahil, tidak tahu diri apalagi sombong di kehidupan ini. Maka itu bersyukurlah kepada Allah. Sebab, barangsiapa bersyukur sesungguhnya itu (bermanfaat) untuk dirinya sendiri (QS Al Luqman: 12)

Berapa argometer syukurmu
Secara lisan, mari dihitung secara numerik berapa kali sehari kita berucap alhamdulillah. Taruhlah setiap selesai sholat anda berzikir hamdalah 33 kali. Jika anda melakukannya lima kali dalam sehari maka dalam sehari anda telah berucap 165 kali. Permasalahannya apakah hal itu sudah istiqomah dilakukan? Bagaimana dengan ucap alhamdulillah untuk aktivitas lain seperti setalah makan, bangun tidur, sampai di tempat kerja, bertemu saudara, dan lain sebagainya. Belum tentu kita ajeg dan telaten melakukannya.

Dalam matematika yang lain, berapa kali anda bersujud syukur setiap harinya. Jika anda bersujud syukur tatkala mendapatkan peristiwa kategori besar atau hanya yang anda anggap spekatkuler, seperti pada saat dinyatakan lolos interview kerja, saat mendapatkan hadiah mobil, atau saat wisuda, maka bisa dipastikan sujud syukur anda hanya beberapa kali dalam hidup karena bersifat insidentil. Itupun jika anda ingat dan sempat melakukannya.

Melalui sedekah, berapa banyak anda melakukannya dalam sehari, dalam sebulan atau mungkin selama hidup. Sebagaimana dicontohkan Abdurrahman bin Auf yang mensedekahkan 500 ekor kuda dan 1500 ekor unta. Juga 40 ribu dinar yang setara Rp. 40 milyar dan masih banyak lagi yang lainnya. Semua itu diniati penanda syukur dirinya atas nikmat yang telah Allah SWT berikan. Bila kita mau jujur, sesungguhnya berapa rupiahkah uang yang telah kita sedekahkan. Pernahkan anda bersedekah Rp. 1 milyar secara cash?.

Baiklah, andai argometer rasa syukur kita dimanifestasikan dalam bentuk ibadah lain, bekerja keras misalnya. Sudahkan kita menyerupai semangat kerja para kekasih Allah? Nabi Daud as misalnya, yang meskipun seorang raja tapi tetap tekun bekerja sebagai pembuat baju besi. Dalam QS Assaba:13 Allah berfirmana,”bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur. Dan sedikit sekali hamba-hamba Ku yang bersyukur”.

Ayat diatas menjadi penegas bahwa dunia ini akan dipenuhi oleh manusia-manusia yang kurang bersyukur. Jangan heran apabila korupsi menjadi pekerjan yang paling laris di negeri manapun, termasuk Indonesia ini. Sebab selama penduduknya, terutama para pejabat, aparat dan pemimpinya tergolong orang yang kurang bersyukur, maka korupsi akan terus menjadi-jadi.

Jika kita rajin menghitung argometer syukur dihubungkan dengan argometer nikmat yang diterima, setidaknya kita menjadi tahu secara matematis, apakah sudah impas antara keduanya? atau jangan-jangan untuk minimum payment saja argometer syukur kita tidak cukup?. Inilah pertanyaan yang harus kita ulang dalam hati dan pikiran kita sebagai orang beriman.

Tidak ada kata terlambat, mari segera berbenah menjadi Assyakirin (orang yang pandai bersyukur). Allah SWT telah mengingatkan melalui QS At Takastur bahwa bermewah-mewahan membuat manusia lupa bersyukur pada Tuhannya sampai masuk ke liang kubur. Jangan sampai kita berkeadaan yang demikian karena bagaimanapun Allah akan meminta pertanggungjawaban atas nikmat yang diberi. Wallahu a’lamu bisshawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar