Anda mungkin masih ingat Kuis Who
Want to be millionare. Beberapa tahun silam, acara yang dipandu Presenter
kondang Tantowi Yahya tersebut sangat dikenal masyarakat. Bukan hanya karena
hadiahnya yang fantastis, namun rasa deg-degan yang menyelimuti peserta plus
penontonnya. Diringi musik mendebarkan, dipadu dengan setting tempat yang
menantang, kuis ini telah menjadi satu ajang pembukti kepandaian seseorang. Yang
unik dalam kuis tersebut, peserta dibolehkan (secara terbatas) untuk meminta
bantuan jawaban dari penonton (ask to the audience) sampai dengan bertanya
teman (asking friend).
Fasilitas bantuan jawab inilah
yang menjadi ciri penting kuis ini. Ia telah menjadi penolong dan penentu
terutama ketika peserta dihadapkan ketidaktahuan, kebimbangan atau keraguan.
Apalagi disaat ia berhasil melewati pertanyaan-pertanyaan sebelumnya sehingga perolehan
nilanya telah mencapai angka ratusan juta, atau mungkin telah mendekati Rp. 1
milyar. Siapaun pesertanya tentu tak ingin kehilangan kesempatan puncak yaitu
sebagai Millinonare. Nah, jika kita ilustrasikan, pola kehidupan di dunia ini
tak ada bedanya dengan penyelenggaraan kuis Who Wants to be Millionare.
Setelah dilahirkan, manusia akan selalu
berusaha mencari tahu guna jawaban atas setiap pertanyaan baik dari dalam diri,
orang lain, maupun alam di sekitarnya. Akal dan pikirannya akan menuntun proses
berpikir mulai dari hal sepele seperti mengapa perut butuh makanan, paru-paru
buntu oksigen, mata butuh tidur, kulit butuh dimandikan dan lain sebagainya,
sampai dengan hal jelimet seperti mengapa manusia harus bertuhan, mengapa ada
kaya ada miskin, mengapa ada kematian, dan lain sebagainya.
Menjawab hal tersebut berbagai
pemikir telah bermunculan di muka bumi. Mulai dari ahli biologi, antropologi,
sosiologi, medis dan kedokteran, ahli jiwa, ahli agama, futurologi sampai
dengan mereka yang mengaku ahli metafisika. Jika dipecah lagi masih ada beribu-ribu
ahli dengan spesifikasi yang berbeda satu sama lain. Kompetensinya pun berubah
sesuai dengan hal baru yang ia temukan. Kita mungkin tahu dalam dunia
kedokteran, seorang dokter spesialis paru pasti akan memiliki kekhususan
terkait apa yang lebih dikuasainya. Seandainya dia melanjutkan pendidikan sehingga
gelar doktor dan profesor disandang, maka keahliannya pun semakin spesifik dan
begitu seterusnya seiring dengan apa yang menjadi titik konsentrasinya.
Apapun keahliannya, yang jelas para
ahli ataupun yang bukan para ahli (seperti kita misalnya) pada prinsipnya ingin
berusaha menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang disajikan diri, orang lain, oleh
alam bahkan dari Tuhan sebagai pencipta alam ini. Disinilah, manusia berusaha terus
mengembangkan akal pengetahuannya. Sampailah pada satu titik dimana dia akan
dihadapkan pada ketidak-tahuan, ketidak-mengertian, bahkan kebodohan mutlak
alias tidak tahu sama sekali. Contoh pertanyaan sederhana, lebih dulu manakah
ayam dengan telor? Atau mengapa ayam tidak capek bertelor? Sampai dengan
pertanyaan mengapa tuhan harus satu dan maha berdiri sendiri ? dan lain
sebagainya.
Disinilah seorang ahli filsafat
besar dari Yunani bernama Socrates di akhir hidupnya menyatakan hal demikian, only one thing I know that I dont know
anything (hanya satu yang kuketahui bahwa saya tidak tahu apa-apa). Hal itu
ia nyatakan setelah dia menyadari masih terdapat ribuan bahkan jutaan pertanyaan
kehidupan yang belum bisa ia selesaikan jawab dengan akalnya. Bagaimana dengan
kita? Jika kita mau jujur saya yakin kemampuan kita lebih terbatas dari para
ahli, filsuf dan pemikir lainnya.
Maka seperti dalam kuis Who want
to be Millionare, yang memberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya kepada
teman, kita pun harusnya mengambil fasilitas itu. Sebab Allah sebagai Tuhan pencipta
manusia telah menyediakan fasilitas berupa Al Qur’an dan Al Hadist. Keduanya secara
sengaja disediakan sebagai referensi yang super penting sehingga siapapun
manusia tidak berkesusahan untuk mencari jawaban pertanyaan kehidupan. Yang
lebih menarik lagi, keduanya mempunyai garansi kebenaran jawaban yang nyata.
Sebagaimana kata Rasulullah Muhammad, tidak akan pernah mengalami sesat
siapapun manusia selagi dia berpegang pada Al Qur’an dan Al hadist sebagai
solusi kehidupannya.
Alangkah mulianya jika kita
mengakui bahwa selama ini kita sering terbata-bata, terbengong-bengong bahkan
terdiam seribu bahasa (tanda bodoh alias tidak tahu apa-apa) terutama ketika
mendapati pertanyaan kehidupan, misal mengapa anda sudah bersusah payah kerja
dan berdoa tapi tetap belum kaya? Atau mengapa berkali-kali anda mengalami cekcok
dalam rumah tangga?. Mengapa anda belum mendapat momongan dan lain sebagainya?.
Semua itu menandakan bahwa selama ini kita terlalu angkuh sehingga tak mau menggunakan
layanan asking Al Qur’an dan Al Hadist. Kita terlalu berfokus pada akal yang
sifat sesunggunya sangatlah terbatas dan liar. Akhirnya kita terjebak pada
ketidaktahuan yang tidak ketahui, dan berakibat pada kesombongan karena kita
sering memaksakan jawaban yang tidak ada unsur pengetahuannya sama sekali.
Lebih baik kita mengaku tidak
tahu sehingga kita harus segera mencari tahu jawaban yang sebenarnya. Kalaupun
kita sudah berkesadaran ingin mencari jawaban, maka carilah jawaban yang
kebenarannya bergaransi. Jika selama ini kita tak sadar telah membenarkan
ucapan manusia, apakah itu motivator, trainer, atau ahli lainnya kemudian
setelah kita praktekkan ternyata ada ketidakcocokan bahkan
kontradisi/pertentangan, maka pertanyaan singkatnya sumber atau referensi
jawabannya dari mana? Percayalah, jika itu bukan berasal dari Al Qur’an dan Al
Hadist, pasti akan menemui kesesatan dalam waktu pendek ataupun jangka panjang.
Memang tidak mulia menjadi
pribadi yang tidak tahu karena seluruh amal kehidupannya tidak memiliki tujuan
yang jelas. Namun, lebih parah lagi kalau menjadi kita pribadi yang sok tahu
karena hal itu akan membutakan. Lebih baik kita mengakui atas ketidaktahuan
kita. Tetapi berhati-hati dalam mengambil referensi jawaban sangat penting
supaya kita tidak terjebak dalam kesesatan. Mau dibawa kemana kehidupan ini,
itulah pertanyaan yang harus selalu kita jawab dan hanya melalui Al Qur’an dan
Al Hadist lah rangkaian jawaban itu tersedia sempurna. Bagaimana dengan kita selama ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar