Laman

Senin, 16 April 2012

Ketahui apa yang anda tidak ketahui


Anda mungkin masih ingat Kuis Who Want to be millionare. Beberapa tahun silam, acara yang dipandu Presenter kondang Tantowi Yahya tersebut sangat dikenal masyarakat. Bukan hanya karena hadiahnya yang fantastis, namun rasa deg-degan yang menyelimuti peserta plus penontonnya. Diringi musik mendebarkan, dipadu dengan setting tempat yang menantang, kuis ini telah menjadi satu ajang pembukti kepandaian seseorang. Yang unik dalam kuis tersebut, peserta dibolehkan (secara terbatas) untuk meminta bantuan jawaban dari penonton (ask to the audience) sampai dengan bertanya teman (asking friend).

Fasilitas bantuan jawab inilah yang menjadi ciri penting kuis ini. Ia telah menjadi penolong dan penentu terutama ketika peserta dihadapkan ketidaktahuan, kebimbangan atau keraguan. Apalagi disaat ia berhasil melewati pertanyaan-pertanyaan sebelumnya sehingga perolehan nilanya telah mencapai angka ratusan juta, atau mungkin telah mendekati Rp. 1 milyar. Siapaun pesertanya tentu tak ingin kehilangan kesempatan puncak yaitu sebagai Millinonare. Nah, jika kita ilustrasikan, pola kehidupan di dunia ini tak ada bedanya dengan penyelenggaraan kuis Who Wants to be Millionare.

Setelah dilahirkan, manusia akan selalu berusaha mencari tahu guna jawaban atas setiap pertanyaan baik dari dalam diri, orang lain, maupun alam di sekitarnya. Akal dan pikirannya akan menuntun proses berpikir mulai dari hal sepele seperti mengapa perut butuh makanan, paru-paru buntu oksigen, mata butuh tidur, kulit butuh dimandikan dan lain sebagainya, sampai dengan hal jelimet seperti mengapa manusia harus bertuhan, mengapa ada kaya ada miskin, mengapa ada kematian, dan lain sebagainya.

Menjawab hal tersebut berbagai pemikir telah bermunculan di muka bumi. Mulai dari ahli biologi, antropologi, sosiologi, medis dan kedokteran, ahli jiwa, ahli agama, futurologi sampai dengan mereka yang mengaku ahli metafisika. Jika dipecah lagi masih ada beribu-ribu ahli dengan spesifikasi yang berbeda satu sama lain. Kompetensinya pun berubah sesuai dengan hal baru yang ia temukan. Kita mungkin tahu dalam dunia kedokteran, seorang dokter spesialis paru pasti akan memiliki kekhususan terkait apa yang lebih dikuasainya. Seandainya dia melanjutkan pendidikan sehingga gelar doktor dan profesor disandang, maka keahliannya pun semakin spesifik dan begitu seterusnya seiring dengan apa yang menjadi titik konsentrasinya.

Apapun keahliannya, yang jelas para ahli ataupun yang bukan para ahli (seperti kita misalnya) pada prinsipnya ingin berusaha menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang disajikan diri, orang lain, oleh alam bahkan dari Tuhan sebagai pencipta alam ini. Disinilah, manusia berusaha terus mengembangkan akal pengetahuannya. Sampailah pada satu titik dimana dia akan dihadapkan pada ketidak-tahuan, ketidak-mengertian, bahkan kebodohan mutlak alias tidak tahu sama sekali. Contoh pertanyaan sederhana, lebih dulu manakah ayam dengan telor? Atau mengapa ayam tidak capek bertelor? Sampai dengan pertanyaan mengapa tuhan harus satu dan maha berdiri sendiri ? dan lain sebagainya.

Disinilah seorang ahli filsafat besar dari Yunani bernama Socrates di akhir hidupnya menyatakan hal demikian, only one thing I know that I dont know anything (hanya satu yang kuketahui bahwa saya tidak tahu apa-apa). Hal itu ia nyatakan setelah dia menyadari masih terdapat ribuan bahkan jutaan pertanyaan kehidupan yang belum bisa ia selesaikan jawab dengan akalnya. Bagaimana dengan kita? Jika kita mau jujur saya yakin kemampuan kita lebih terbatas dari para ahli, filsuf dan pemikir lainnya.

Maka seperti dalam kuis Who want to be Millionare, yang memberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya kepada teman, kita pun harusnya mengambil fasilitas itu. Sebab Allah sebagai Tuhan pencipta manusia telah menyediakan fasilitas berupa Al Qur’an dan Al Hadist. Keduanya secara sengaja disediakan sebagai referensi yang super penting sehingga siapapun manusia tidak berkesusahan untuk mencari jawaban pertanyaan kehidupan. Yang lebih menarik lagi, keduanya mempunyai garansi kebenaran jawaban yang nyata. Sebagaimana kata Rasulullah Muhammad, tidak akan pernah mengalami sesat siapapun manusia selagi dia berpegang pada Al Qur’an dan Al hadist sebagai solusi kehidupannya.

Alangkah mulianya jika kita mengakui bahwa selama ini kita sering terbata-bata, terbengong-bengong bahkan terdiam seribu bahasa (tanda bodoh alias tidak tahu apa-apa) terutama ketika mendapati pertanyaan kehidupan, misal mengapa anda sudah bersusah payah kerja dan berdoa tapi tetap belum kaya? Atau mengapa berkali-kali anda mengalami cekcok dalam rumah tangga?. Mengapa anda belum mendapat momongan dan lain sebagainya?. Semua itu menandakan bahwa selama ini kita terlalu angkuh sehingga tak mau menggunakan layanan asking Al Qur’an dan Al Hadist. Kita terlalu berfokus pada akal yang sifat sesunggunya sangatlah terbatas dan liar. Akhirnya kita terjebak pada ketidaktahuan yang tidak ketahui, dan berakibat pada kesombongan karena kita sering memaksakan jawaban yang tidak ada unsur pengetahuannya sama sekali.

Lebih baik kita mengaku tidak tahu sehingga kita harus segera mencari tahu jawaban yang sebenarnya. Kalaupun kita sudah berkesadaran ingin mencari jawaban, maka carilah jawaban yang kebenarannya bergaransi. Jika selama ini kita tak sadar telah membenarkan ucapan manusia, apakah itu motivator, trainer, atau ahli lainnya kemudian setelah kita praktekkan ternyata ada ketidakcocokan bahkan kontradisi/pertentangan, maka pertanyaan singkatnya sumber atau referensi jawabannya dari mana? Percayalah, jika itu bukan berasal dari Al Qur’an dan Al Hadist, pasti akan menemui kesesatan dalam waktu pendek ataupun jangka panjang.

Memang tidak mulia menjadi pribadi yang tidak tahu karena seluruh amal kehidupannya tidak memiliki tujuan yang jelas. Namun, lebih parah lagi kalau menjadi kita pribadi yang sok tahu karena hal itu akan membutakan. Lebih baik kita mengakui atas ketidaktahuan kita. Tetapi berhati-hati dalam mengambil referensi jawaban sangat penting supaya kita tidak terjebak dalam kesesatan. Mau dibawa kemana kehidupan ini, itulah pertanyaan yang harus selalu kita jawab dan hanya melalui Al Qur’an dan Al Hadist lah rangkaian jawaban itu tersedia sempurna.  Bagaimana dengan kita selama ini? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar