Laman

Sabtu, 14 April 2012

Rawatlah Doa (yang tidak anda rawat)

Seorang teman datang dan berkata,”rasanya aku sudah lama berdoa, tapi kok belum dikabulkan juga?. Lantas, diapun mencurhatkan harapan dia untuk segera memiliki momongan. Sejak menikah, ia sungguh menantikan kenyataan tersebut dan tak terasa sudah lebih dari lima tahun. Segudang usaha ia ceritakan pula, mulai dari terapi medis, terapi alternatif sampai dengan berbagai pendekatan batin. Salah satunya menekuni sedekah dan doa. Tapi hasilnya tak kunjung tiba. Itulah yang menyebabkan teman tersebut merasa letih dalam berdoa. Bagaimanakah sikap yang demikian? 


Ya, kata orang bijak doa adalah bukanlah matematika. Maka hasilnya takkan selalu sama pada orang yang berbeda. Ada yang dipercepat pengkabulannya, ada pula yang ditunda atau bahkan tidak diberi sampai dia harus meninggalkan dunia. Selain usaha, sejak kecil kita diajarkan berdoa sebagai sarana untuk mewujudkan cita-cita. Sama seperti yang dilakukan sejumlah guru dan siswa di berbagai sekolah di tanah air, menjelang UNAS mereka dengan khusyuk menggelar doa bersama. 

Harapannya, mereka dapat lulus dari UNAS yang dianggap sebagai “monster menakutkan”. Menjiwai ketakutan tersbut, tak sedikit dari guru maupun siswa ketika beroda menguraikan air mata, mereka histeris karena kuatir doanya tidak terkabul. Bayangan mereka, lulus UNAS berarti menjadi tanda diterimanya doa. Hanya itu saja, bukan yang dalam bentuk lainnya. 

Doa adalah sebuah jalan, bahkan ia merupakan keniscayaan untuk meraih kesuksesan. Setiap mimpi adalah doa, begitu juga dengan kata-kata. Oleh karena itu tidak ada manusia yang tidak mungkin tidak berdoa, karena dari ucap katanya ia sudah menunjukan doanya. Termasuk juga apa yang terucap dalam batin, ia juga akan menjadi doa. 

Jika orang-orang kafir berkata, “aku tidak pernah berdoa (dan aku tidak akan mau berdoa), sebab toh Tuhan sudah memberiku kehidupan yang demikian indah dan nyaman”, maka janganlah kata-kata demikian memperdayai kita. Sebab, kata-kata mereka sangat berbeda ketika Allah sedang memberi kesusahan hidupnya. Segudang umpat, cela dan protes segera mereka layangkan...oh betapa tidak adilnya Tuhan, aku sudah minta begini dan begitu, tapi tetap saja tidak diberi..!! 

Dalam Al Qur’an, Allah menegaskan bahwa Dia sangat dekat melebihi urat nadi yang dimiliki seorang hamba. Seakan tidak berjarak, maka Allah pun berjanji akan mengkabulkan setiap doa yang dipanjatkan seorang hamba. Ini adalah janji Allah, dan seperti yang kita ketahui bahwa janji-Nya pasti. Tetapi seperti kisah seorang teman yang telah beroda lima tahun lamanya untuk mendapatkan momongan, tetapi tetap tidak diberi juga, memberikan inspirasi pertanyaan, apakah Allah tidak mengabulkan sedang janji-Nya pasti akan mengabulkan? Ataukah kita harus segera mengkoreksi sehingga menyadari atas sesuatu yang salah dalam teknik kita berdoa? 

Pertama, yang harus kita sadari seutuhnya bahwa Allah Maha Berkehendak atas segala sesuatu. Sehingga diberi atau tidak diberi sesungguhnya itu hak Allah. Maka prinsip orang beriman dalam menyikapinya hasil berdoanya ada tiga hal: (1) dikabulkan sesuai yang diminta, (2) dikabulkan dalam bentuk yang lain, (3) ditangguhkan pemberiannya sampai di akhirat kelak. Itulah kehebatan sikap orang beriman, yang satu kalipun tak pernah merasa dizalimi Allah atas doa-doa yang telah dipanjatkannya. 

Kedua, hindarilah sikap putus asa dan mendikte dalam berdoa. Ketika kita berpikir dan berucap, bahwa doa kita seakan-akan tidak dikabulkan, maka hal itu sama dengan berputus asa terhadap rahmat Allah. Sebab, berdoa merupakan perbutan mulia dan hanya orang beriman lagi sabar yang dapat melakukannya sehingga tak ada kamus menyerah, apalagi berputus asa dan berprasangka buruk pada Allah. Tidak pantas bagi seorang hamba menyegarakan sebuah takdir, karena hal itu sama halnya dengan mendikte keputusan Allah sedang Allah lebih tahu terhadap takdir terbaik untuk kita.

Maka bersabarlah dalam segala kondisi dengan tetap berdoa ikhlas pada-Nya. Ketiga, yang tak kalah penting segeralah untuk mengetahui hal-hal yang membuat doa kita tidak terkabul, misal makanan yang kita masukan ke dalam perut adalah hasil dari perbuatan haram, apakah itu korupsi, menyuap, riba, mengambil hak orang lain seperi anak yatim, fakir miskin dan lain sebagainya. Atau mungkin kita sedang terlibat perbuatan dosa besar sedang kita tidak menyadarinya. 

Contoh kebiasaan kita meramal nasib, mendatangi orang pintar, percaya pada kekuatan batu akik, keris, rajah dan jimat-jimat lainnya. Sebab, Allah sangat mengutuk dan tidak mengampuni doa kemusyrikan. Maka tidak ada jalan bagi terkabulnya doa kecuali kita menghindari hal itu semua. Kawan, tetaplah berdoa tanpa henti seraya merubah hal-hal buruk yang ada pada diri kita selama ini. Termasuk prasangka buruk kita. 

Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Muslim, dari Jabir bin Abdullah ra., ia berkata, “ saya mendengar Nabi saw bersabda tiga hari sebelum meninggal dunia: “ janganlah sekali-kali salah seorang diantara kamu mati, kecuali ia berbaik sangka kepada Allah ‘azza wa jala”. Ya, itulah jalan kebaikan dan jalan-jalan itulah yang menjadi semangat hidup orang beriman dalam berdoa sehingga segala yang Allah berikan sesungguhnya begitu indah dan luar biasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar