Laman

Sabtu, 14 April 2012

Jangan salah menembakkan cinta

Bila anda seorang pria, hitunglah berapa kali anda jatuh cinta pada seorang wanita? Atau, jika anda seorang wanita, coba hitunglah berapa kali anda mabuk kepayang pada seorang pria? Mungkin sebagian anda merasa cukup sekali saja. Tapi mungkin ada juga sebagian anda yang lebih dari hitungan jari. Jatuh cinta tak mengenal lokasi, status dan usia sehingga kakek-nenek pun bisa disebut ABG TUA karenanya. 

Pertanyaanya, setiap kali anda mampu meraih cinta berapa kali anda mengatakan pada diri (maupun orang lain) bahwa inilah cinta yang pertama dan terakhir?, atau mungkin bukan yang pertama tapi pasti yang terakhir? oooo seakan tak puas mengucap kata dan janji itu di depan mertua dan KUA, anda pun mengikrarkannya di tempat berkesan seperti di pantai, di gunung, hingga ke tanah suci Mekkah. 

Maka ketika tersiar kabar cinta ada terputus, dengan segudang kecewa, putus ada dan tentunya sedih karenanya, maka para saksipun di alam ini pun bertanya...mana janji yang telah kau ucap? Katamu ingin hidup mati berdua...? ya, segudang kata benci pun merubah seiisi ruang hati. Cinta yang susah panyah telah anda ukir dan patri ternyata bertemu dengan kegagalan. Seperti para artis, yang mengumumkan perceraian tanpa ada perasaan berdosa, sungguh telah menjadi tanda bahwa cinta yang kita pahami selama ini cenderung salah sasaran. 

Buktinya, tak ada hujan tak ada angin kata-kata cerai, putus, dan perubahan perasaan lain begitu mudah diucap. Apalagi saat ini telah menjadi trend bukan hanya milik para artis, tapi juga ustad, pejabat bahkan orang-orang didesapun kini tak asing dengan kata-kata pisah sebagai tanda tak lagi setia. Siapa yang salah, ya tentunya diri kita sendiri. Jujurlah kita mengakui bahwa cinta yang sering kita tanam, pupuk dan semai adalah cinta pada sesuatu yang tidak benar. 

Loh, memangnya salah mencintai lawan jenis? Bukankah itu fitrah? dan seperti bunyi sebuah lagu, bukankah cinta itu anugerah? Yess..memang tidak salah, tapi ketika kita hati kita teraliri cinta yang over dosis, atau berlebihan, sedang arahnya tertuju pada makhluk maka percayalah bahwa semua itu akan menemui kebuntuan, bahkan kepalsuan. Katakan misal cintanya tidak palsu, tapi karena yang dituju palsu maka kecewa pun siap menghadang. Mengapa palsu karena sifat manusia memang begitu. 

Maka yang sejati adalah Allah, dan cinta yang ditujukan kepada-Nya yang tidak mungkin palsu karena Tuhan tidak memiliki kepalsuan. Satu jengkal cinta anda akan berbalas sepuluh jengkal cinta-Nya. Dua jengkal cinta anda akan berbalas 20 jengkal cinta dari-Nya. Anda mendekat, Tuhan justru semakin mendekat. Begitu seterusnya. Tentu sangat berbeda dengan sifat cinta pada makhluk termasuk kepada manusia. Semakin anda berusaha mencintainya, belum tentu kekasih anda seimbang membalasnya. Cinta kepada makhluk tak mungkin bisa seimbang selamanya. Paling tidak dari sisi umur, anda boleh bercita-cita hidup seribu tahun, tapi usia badan anda tak lebih dari 100 tahun, yang terjadi adalah keterputusan. 

Jangan heran ketika ada seorang suami ditinggal istri, ia menikah lagi. Padahal sebelumnya ia telah berjanji hanya punya satu cinta yaitu untuk satu istri yang pertama. Berharaplah kesejatian dalam bercinta. Segeralah tembakkan cintamu pada Allah, semai dan pupuk dia dengan segala ibadah yang menjadi penanda dan penguat cinta pada-Nya. Percayalah takkan anda temui rasa kecewa, apalagi putus asa karenanya. 

Seperti kata Nabi Muhammad kepada Abu bakar ketika bersembunyi dari kejaran kafir quraisy di gua tsur, adalah sebuah kalimat cinta yang indah...la tahzan, innallaha ma’ana...janganlah bersedih, sesungguhnya (cinta) Allah membersamai kita...inilah potret  cinta yang penuh kesetiaan. Tidak meninggalkan dikala susah. Sungguh berbeda dengan sifat manusia, yang pasti memudar seiring bertambahnya usia, berkurangnya harta, dan lain sebagainya... Maka panahkan cintamu pada sasaran yang benar, yaitu kepada Allah subahanahu wa ta’ala..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar